From World for Nagekeo
Headlines News :
Home » » WAWANCARA Dosen UKI, Gian Fransiskus

WAWANCARA Dosen UKI, Gian Fransiskus

Written By Unknown on Friday, June 22, 2018 | 5:47 PM


DEPOK (Nagekeo Pos) - Komunikasi Politik dan Politik Komunikasi. Dua mata kuliah di perguruan tinggi, khusus fakultas ilmu komunikasi dan politik. Komunikasi Politik secara gamblang dimengerti sebagai ilmu komunikasi khusus tentang politik, tapi sebaliknya Politik Komunikasi berarti kepentingan politik itu selalu melekat pada kegiatan komunikasi itu sendiri.

Gian Fransiskus, seorang dosen di Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta yang juga sedang mengambil program S3 (doktor), mengatakan tidak cukup hanya memahami ilmu komunikasi untuk mengerti tentang politik secara komprehensif baik pada aspek teori juga praksis.

Gian, mahasiswa pasca sarjana ilmu politik di Universitas Nasional (Unas) Jakarta,  saat ini bergabung di Partai Hanura. Gian mengaku bukan tipe akademisi murni yang hanya mengajar, meneliti, memberikan rekomendasi, mengkritik dan lain sebagainya. Sebagai dosen politik, Gian ingin turut berpolitik, sambil menyuntikkan virus tentang makna dan tujuan hakiki dari Politik baik bagi partai Hanura dan terutama bagi masyarakat luas.

Partai politik, bagi Gian, menjadi alat untuk turut serta mendewasakan praktek politik di negeri ini. Jika ingin mengubah situasi sosial saat ini, sudah seharusnya pemuda berpolitik, tidak dengan berteriak dari jalanan, tetapi masuk ke dalam dunia politik dan mengubahnya dari dalam.

Bagaimana perkembangan politik di negri ini di mata Gian, dosen dan politisi muda asal Nagekeo ini? Berikut petikan wawancaranya;

Apa pandangan anda tentang dinamika politik saat ini, politik di negri ini ?
Negara itu bagaikan tubuh, sedangkan ideologi adalah jiwanya, sehingga jiwa kita adalah Pancasila. Namun lemahnya “jiwa” kita ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak mampu mewujudkan kesejahteraan, keadilan, penghargaan terhadap HAM, dan pada akhirnya muncul ideologi dan nilai-nilai alternatif seperti Komunisme, dan yang paling besar penganutnya sekarang adalah fanatisme agama seperti ingin mengubah negara menjadi sebuah sistem yang diajarkan oleh agama.

Mengapa fanatisme agama justru jadi masalah besar di negeri ini ?
Sekelompok orang yang memiliki kepentingan politik tertentu memanfaatkan isu agama maka muncul benturan seperti penolakan pemimpin beragama non mayoritas. Orang akan mengelak bahwa ini adalah proses demokrasi, kita berada dalam masa transisi, namun masa transisi ini akan terus berlanjut bahkan bias menjadi lebih parah, yang berujung pada negara gagal, jika “jiwa” (baca; Ideologi Pancasila) tidak menjadi nilai luhur dalam bentuk cara pandang bangsa, dasar negara, dan cita-cita bangsa.

Apakah dinamika politik saat ini menuju prospek yang baik ke depan ?


Niat pemerintah yang membentuk UPK Pancasila sebagai respon terhadap menguatnya fanatisme dan radikalisme pada nilai tertentu selain Pancasila pada hakikatnya merupakan sebuah upaya yang baik. Namun mekanisme kerja dan cakupannya yang kurang luas tidak mencakup hingga ke daerah-daerah ini seolah-olah hanya menjadi sebuah solusi jangka pendek yang tidak bermanfaat.

Anda turut kuatir ?

Jika melihat kondisi saat ini, prospek ke depan akan lebih besar tantangannya, karena lemahnya Pancasila sebagai cara pandang dan “fondasi” bangsa, besarnya kepentingan individu/kelompok, Indonesia akan menghadapi masalah berupa Nasionalisme Etnis, diskriminasi mayoritas terhadap minoritas, bahkan yang paling parah adalah benturan nilai yang dianut yang tidak menutup kemungkinan berujung pada konflik horizontal maupun vertikal. Ini dari masalah nilai. Karena dampaknya yang paling besar dalam menentukan perilaku manusia.

Apa pendapat anda agar politik terus berkembang sehat dan mendewasakan ?


Politik bisa berkembang sehat dan mampu mewujudkan tujuan politik itu sendiri tentu harus didasarkan pada orientasi kepentingan umum (baca: kepentingan bangsa) dalam segala aspek. Oleh karena itu Pancasila menjadi kunci utamanya, karena di dalam Pancasila mengajarkan tentang bagaimana menjadi manusia yang berakhlak baik, menjunjung tinggi HAM, perwujudan kepentingan bersama dalam segala aspek, dan keadilan sosial. Semua yang dibutuhkan manusia sebenarnya telah tercakup dalam Pancasila. Tinggal bagaimana kita mampu menekan kepentingan individu/kelompok, karena jika bicara sebagai satu negara yang merupakan organisasi terbesar, maka kita bicara tentang kepentingan seluruh anggota organisasi, bukan kepentingan individu/kelompok. Jika itu mampu diwujudkan maka perkembangan politik Indonesia akan semakin baik ke depannya. Amerika Serikat butuh ratusan tahun untuk menjadi seperti sekarang ini, maka Indonesia pun pasti bisa lebih baik.


Written by : Unknown ~ Berita Online Nagekeo

Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul WAWANCARA Dosen UKI, Gian Fransiskus,, Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda . Anda boleh menyebar luaskannya atau Mengcopy Paste-nya jika Artikel WAWANCARA Dosen UKI, Gian Fransiskus ini sangat bermanfaat bagi Blog dan teman-teman Anda, Namun jangan lupa untuk Meletakkan link WAWANCARA Dosen UKI, Gian Fransiskus sebagai sumbernya.

Join Us On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for Visiting ! ::

Written by: Nagekeo Bersatu
NAGEKEO BERSATU, Updated at: 5:47 PM
Share this post :

Post a Comment

Note :

1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM

Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi

Regards,
Nagekeo Pos

 
Admin: Hans Obor | Mozalucky | Nagekeo Bersatu
Copyright © 2013. NAGEKEO POS - All Rights Reserved
Thanks To Creating Website Modify and Used by Nagekeo Bersatu
Proudly powered by Blogger