JAKARTA (Nagekeo Pos) - Megaproyek waduk Lambo di Nagekeo bernilai Rp1 triliun lebih terus menjadi trending topik 2 bulan terakhir ini. Sumber dari Istana Presiden mengatakan Jokowi akan resmikan tiang pancang (groundbreaking) proyek waduk Lambo di bulan Desember tahun ini. Sementara konstruksi atau pembangunan fisik dijadwalkan tahun 2018.
Sejak 18 Oktober 2016, Wakil Bupati Nagekeo Paul Nuwa Feto telah berkantor di Jawatiwa, dekat lokasi waduk Lambo, untuk ikut mengawal proses survei lokasi waduk, bagian dari instruksi Presiden (Inpres) tentang proyek strategis nasional.
Jokowi tentu sangat berharap Bupati dan Wakil Bupati bisa secara optimal mendukung proyek waduk Lambo, terutama melakukan perundingan intensif dengan masyarakat adat lokal sebagai pemilik lahan.
Tentu sebagai Panglima Tertinggi, Presiden menginstruksikan Panglima TNI untuk turut menjaga suasana di lapangan selama proses survei dilakukan, jika ada segelintir pihak yang berusaha menggagalkan program pemerintah pusat itu.
Panglima TNI juga diperintahkan Jokowi untuk bekerja (mengawasi) pada lahan-lahan tidur di Nagekeo. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) turut mencermati dinamika masyarakat adat pemilik lokasi bakal waduk, karena terkait isu hukum dan hak asasi manusia dan hak ulayat (adat).
Bupati Nagekeo Elias Djo mengklaim telah mendapat komitmen dukungan yang kuat dari Kemenkumham dan Panglima TNI untuk, dalam kapasitas sebagai pemimpin daerah, mensukseskan proyek waduk Lambo.
Semoga saja pernyataan Wakil Bupati Paul Nuwa Feto benar bahwa tekanan penolakan oleh masyarakat setempat, terutama yang terkena dampak langsung dari proyek waduk Lambo, kian berkurang dari hari ke hari seiring dengan sosialisasi yang semakin terang benderang terkait aspek untung dan rugi, berikut prospek bagi eksistensi simbol-simbol adat.
Secara gamblang, manfaat waduk bisa dikatakan sangat besar dan positif bagi generasi selanjutnya karena waduk bisa menghadirkan sebuah peradaban baru bagi masyarakat lokal, dan justru memperkuat peradaban yang sudah ada.
Sudah pasti waduk menjadi sumber air bagi lahan pertanian dan peternakan. Di situ pula kita bisa budidayakan perikanan air tawar. Waduk juga bisa memasok air untuk tenaga listrik selain jadi tempat / destinasi pariwisata.
Bisa juga, ketika kemarau panjang, dan bendungan Sutami alami penurunan debit air, waduk Lambo dapat memasok air bagi persawahan di Mbay. Tentu tidak semua masyarakat Lambo dan sekitarnya punya lahan sawah di dataran Mbay, tapi keberadaan waduk Lambo mengikat emosi seluruh petani sawah di Mbay karena waduk Lambo adalah gambaran utang budi tak berkesudahan.
Mbay tidak mesti dibenci, karena waduk Lambo dinikmati langsung masyarakat setempat. Mbay tetap berada pada kontur strategisnya, termasuk mengonversi diri menjadi sekedar tempat jemur cengkeh misalnya. Konon hari hari ini, beberapa petani cengkeh dari Mauponggo memilih jemur cengkeh di Mbay karena panas matahari ada di Mbay. Curah hujan tahun ini banyak musnahkan cengkeh Mauponggo.
Written by : Unknown ~ Berita Online Nagekeo
Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul Jemur Cengkeh di Mbay (untuk Waduk Lambo),, Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda .
Anda boleh menyebar luaskannya atau Mengcopy Paste-nya jika Artikel Jemur Cengkeh di Mbay (untuk Waduk Lambo) ini sangat bermanfaat bagi Blog dan teman-teman Anda, Namun jangan lupa untuk Meletakkan link Jemur Cengkeh di Mbay (untuk Waduk Lambo) sebagai sumbernya.
Join Us On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for Visiting ! ::
Written by: Nagekeo Bersatu
NAGEKEO BERSATU, Updated at: 2:16 PM
Post a Comment
Note :
1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM
Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi
Regards,
Nagekeo Pos