From World for Nagekeo
Headlines News :
Home » » Dokter, Pengacara: SDM Rendah Kompetisi

Dokter, Pengacara: SDM Rendah Kompetisi

Written By Unknown on Sunday, December 8, 2013 | 10:40 PM


JAKARTA (Nagekeo Pos) - Sedikit terhenyak, tiba-tiba seorang doktor ilmu komunikasi asal Manggarai, Dr. Felix Jebarus, Msi., IAPR, bilang dalam orasi ilmiah di acara wisuda Akademi Sekretari, Pariwisata, dan Bahasa Asing (ABA) Saint Mary, Jakarta hari ini, bahwa sumber daya manusia (SDM) dengan profesi dokter, pengacara, dan akuntan memiliki daya saing (kompetisi) paling rendah.

Tentu ini debatable, tapi Felix Jebarus punya alasan. Dokter, pengacara dan akuntan adalah contoh profesi yang tertutup artinya hanya mereka yang belajar khusus di bidang keilmuan ini bisa bekerja di sektor ini.

Beda dengan sektor lain misalnya profesi wartawan karena semua orang dengan latar belakang apapun bisa menjadi wartawan. Ini namanya profesi terbuka makanya persaingan bagi profesi terbuka sangatlah besar.

Omong-omong, di Saint Mary ternyata ada putra Nagekeo (Maukeli) yang telah menyabet gelar Doktor, yakni Dr. Clemens Doy, MA, direktur ABA Saint Mary. Udah berapa banyak orang Nagekeo dengan gelar Doktor? Seingat awak Redaksi, putra Nagekeo dengan gelar Doktor seperti Daniel Daki Dae, pater Philipus Tule, SVD, pater Lukas Jua, SVD, uskup San, Pr.

Jangan bersembunyi di balik kepalsuan

Saat memberi pidato sebagai Direktur Akademi Sekretari dan Manajemen Saint Mary, Maximus Ali Perajaka, M.Sc memberi pesan bagi 112 wisudawan/wati untuk tidak bersembunyi di balik kepalsuan ketika terjun dalam kerja nyata atau dunia usaha.

Teruslah bertumbuh menjadi diri sendiri yang sejati, bukan diri yang palsu, bersembunyi di balik topeng, dan mudah terbawa arus jaman..!, pintanya. Putra asal Nangaroro ini menandaskan, hukum yang lemah, budaya korupsi, budaya kekerasan dan virus narkoba telah menggiring banyak pekerja di kantor atau perusahaan ke dalam hidup penuh kepalsuan.

Maxi Ali mengklaim bahwa Saint Mary sebagai sebuah lembaga akademi telah mendidik dan membentuk wisudawan/wati menjadi diri mereka sendiri sehingga diharapkan dapat sukses menjadi pribadi yang sehat, baik secara fisik, karakter, intelek, spiritual maupun sosial di kampus kehidupan atau dunia kerja nyata itu.

Di dalam bisnis, diakui, tak sedikit karyawan ataupun eksekutif yang gemar pakai jalan pintas, menyuap atau menggadaikan diri sendiri untuk mendapatkan karir yang lebih tinggi. Sementara di sektor pemerintahan, tak kurang pejabat publik yang terdakwa korupsi karena ingin jadi kaya dengan cara gampang.

Tentu saja, anda - para wisudawan - tak ingin tercebur dalam dunia kepalsuan seperti itu. Nah, apa yang mau anda lakukan? demikian Maxi Ali menantang para anak didiknya.

Suatu fenomena lain yang juga mengungkung dunia kita sekarang adalah kompetisi yang kian ketat dan mengglobal serta tak jarang dilakukan secara liar dan tak fair. Fenomena seperti ini menjadi suatu ancaman serius bagi para lulusan sekalian karena dalam waktu dekat kesepakatan tentang liberalisasi tengara kerja antara negara-negara di kawasan kita segera berlaku.

Menghadapi hal itu, satu pesan anak emas ibu Nia Dania, ketua Yayasan LPK Saint Mary Internasional, ini adalah "jangan pernah berhenti belajar untuk mengasah kompetensi dirimu! Selain itu, andapun hendaknya belajar untuk meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lintas budaya, memperluas jaringan dan bekerja dalam semangat tim. Jika anda mengabaikan hal-hal itu maka tak mustahil anda menjadi seorang yang gampang frustrasi, kesepian, patah semangat lalu tersingkir dari arena kerja profesional."

Jangan pernah ingin tinggal di zona aman (comfort zone)

Ibu Dyah Yuli, MM, direktur operasional PT Veneta of Indonesia, ikut bicara sebagai wakil dunia usaha. Dalam nada pelan tapi mantab, ibu Dyah meneguhkan hati 112 wisudawan/wati Saint Mary untuk tidak gampang menyerah dalam menghadapi tantangan dan kesulitan di dunia kerja nyata.

Kesulitan dan masalah adalah ilmu yang tidak dipelajari di kampus. Jadi harus berani hadapi masalah dan kesulitan di dunia kerja. Semakin banyak masalah dan kesulitan yang dihadapi maka anda tentu akan terbang lebih tinggi, ujar ibu Dyah provokatif.

Lebih hebat lagi, ibu Dyah menantang para wisudawan/wati untuk tidak pernah ingin berada di zona aman (comfort zone) karena jika demikian maka tenaga profesional tipe ini pasti berhenti untuk berkembang.

Organisasi dijalankan manusia, di dalamnya perlu pengembangan diri, karena untuk menuju sukses manusia harus berkompetisi, maka human capital (SDM trampil) harus tingkatkan kompetensi dan ketrampilan, jelasnya.

Dominasi Flores

Redaksi Nagekeo pos terharu dan bangga setelah tahu bahwa manajemen pendidikan LPK Saint Mary Internasional ternyata didominasi putra-putra terbaik dari pulau Flores, pulau yang mungkin sebentar lagi mendeklarasikan dirinya sebagai propinsi baru, wilayah otonom paling menjanjikan kemajuan di sektor pendidikan di negeri anta branta ini.

Selain kae Maxi Ali dan om Klemens Doy, putra Flores lainnya yang menjadi pilar pengembangan mutu pendidikan di Saint Mary ini adalah kesa Adrianus Rusmin, S. Fil (pembantu direktur I Akademi Sekretari) asal Manggarai, kae Christophorus Bernadus Embunggada, S. Fil (pembantu direktur III Akademi Pariwisata) asal Ende, Johanes Ngamal, SE, M.Si, asal Manggarai, dan Rikhardus Mosa Dhae, MA. asal Nangaroro-Nagekeo.

Selain nuansa Flores, ada nuansa Seminari Toda Belu Mataloko, di kampus Saint Mary ini. Mereka semua ternyata datang dari almamater yang sama yakni Seminari Mataloko, terkecuali Johanes Ngamal. Awak Nagekeo Pos, juga alumnus Seminari Mataloko, tentu mendapat sambutan lebih special di acara wisuda hari ini. Ehm, narsis dulu boleh dong.

Belum banyak orang muda nagekeo dan Flores pada umumnya memilih studi di Saint Mary. Kali ini redaksi Nagekeo Pos hadir di acara wisuda untuk memberi apresiasi khusus bagi wisudawati asal Nagekeo bernama Silvia Sea, yang juga anggota Nagekeo Bersatu (NB).

Silvia sangat berharap angkatan muda pelajar asal Nagekeo mau mengikuti jejaknya karena Saint Mary tidak sekedar mendidik namun turut membantu memberi lowongan pekerjaan setelah tamat nanti. Silvia, putri dari almarhum Martinus Wuda ini, sudah bekerja di sebuah perusahaan jasa tour and travel, berkat mendapat rekomendasi dari Saint Mary.

Ingin menjadi putra putri Nagekeo yang berhasil? Segera daftar sekarang juga di kampus Saint Mary.

Alamat: Jl. AM Sangaji No 6 Petojo Jakarta Pusat, fax (021) 6328207, www.lpksaintmaryinternational.ac.id.

Pendaftaran mahasiswa baru telah dibuka dan ditutup pada February 2014. Biaya kuliah Rp650,000 per bulan. Di tahun pertama, biaya pendaftaran Rp100,000, biaya orientasi + jaket almamater Rp400,000, uang muka Rp4 juta, uang pembangunan Rp1,5 juta, dan seragam Rp800,000. Saint Mary juga menawarkan program bea siswa bagi mahasiswa berprestasi.

Saat ini Saint Mary menawarkan 4 unit pendidikan, 3 akademi dan 1 lembaga kursus. 1) Akademi Sekretari (program diploma I dan III), 2) Akademi Bahasa Asing (diploma III), Akademi Pariwisata (perhotelan dan perjalanan wisata - program diploma III).


Written by : Unknown ~ Berita Online Nagekeo

Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul Dokter, Pengacara: SDM Rendah Kompetisi,, Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda . Anda boleh menyebar luaskannya atau Mengcopy Paste-nya jika Artikel Dokter, Pengacara: SDM Rendah Kompetisi ini sangat bermanfaat bagi Blog dan teman-teman Anda, Namun jangan lupa untuk Meletakkan link Dokter, Pengacara: SDM Rendah Kompetisi sebagai sumbernya.

Join Us On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for Visiting ! ::

Written by: Nagekeo Bersatu
NAGEKEO BERSATU, Updated at: 10:40 PM
Share this post :

Post a Comment

Note :

1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM

Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi

Regards,
Nagekeo Pos

 
Admin: Hans Obor | Mozalucky | Nagekeo Bersatu
Copyright © 2013. NAGEKEO POS - All Rights Reserved
Thanks To Creating Website Modify and Used by Nagekeo Bersatu
Proudly powered by Blogger