Etnosentrisme adalah sebuah cara berpikir yang menjadikan kelompok sendiri sebagai pusat dari segalanya dan menjadi tolak ukur dalam menilai dan mengukur kelompok lain. Tiap-tiap kelompok diasumsikan memupuk sendiri-sendiri kebanggaan dan harga diri, merasa superior, mengagungkan kesucian kelompok sendiri dan memandang rendah kelompok lain.
Tiap kelompok berpikir bahwa tradisi cara pikir dan tindak kelompoknya adalah yang paling benar sementara tradisi kelompok lain selalu dilihat dengan penuh kehinaan.
Etnosentrisme, sebagaimana nasionalisme, mengandung perilaku positif terhadap kelompoknya sendiri (ingroup) dan perilaku atau penyikapan negatif terhadap kelompok lain (outgroups). Sikap etnosentrisme ditandai oleh kesetiaan pada kelompok (ingroup loyalty), antipati terhadap kelompok lain (antipathy toward outgroups), kompensasi-kompensasi yang nyata (tangible rewards) dan manipulasi para pemimpin kelompok tersebut.
“Leader manipulation” ditandai oleh adanya pemimpin yang seringkali melihat manfaat bagi diri sendiri atas nasionalisme dan etnosentrisme. Oleh karenanya ia berusaha meningkatkan spirit itu melalui eksploitasi rasa takut dan benci terhadap kelompok lain.
Istilah “tak kenal maka tak sayang” berlaku dalam konteks etnosentrime. Semakin tidak mengenal satu kelompok terhadap kelompok lain, semakin mungkin kelompok itu salah dalam memaknai karakteristik, keyakinan, maksud-maksud dan perilaku kelompok yang bukan bagian darinya. Etnosentrisme membatasi kontak dengan outgroups dan oleh karenanya menyuburkan kesalahpahaman mengenai outgroups itu sendiri.
Perbedaan seharusnya dimaknai sebagai sesuatu yang harus dihilangkan, bukan ditoleransi. Kita merasa takut melihat orang lain atau kelompok lain yang berbeda dengan berbeda dengan diri kita, berbeda dengan kelompok kita. Di sinilah, sense of difference terhadap orang yang berbeda, menguat dan di saat yang bersamaan, sense of belonging terhadap kelompok sendiri semakin mengakar. Identitas diri menguat dan identitas selain dirinya juga semakin benderang. Hal ini kemudian menciptakan prasangka-prasangka dan stereotip dalam melihat setiap persoalan yang muncul.
Etnisitas seringkali menjadi saluran bagi arus konflik dan perjuangan politik. Pendekatan “konstruktivis” menekankan pada konteks historis dan sosial yang membentuk, mengubah dan menegaskan batasan-batasan etnis dan akar-akar konflik.
Pendekatan “instrumentalis” fokus pada peran elit dalam memobilisasi identitas-identitas etnis di dalam kelompoknya. Pemimpin dan para aktor politik memakai kedekatan emosional dalam identitas etnis untuk memobilisasi dukungan massa dalam usahanya bersaing dalam memperebutkan kekuasaan, sumber daya dan kepentingan-kepentingan pribadi lainnya.
Pendekatan “primordialis” menekankan pada warisan dalam keterikatan etnis berupa kelahiran dan ketentuan yang tidak bisa berubah, nasib, dalam batasan-batasan etnisitas. Kelompok-kelompok etnis, menurut primordialis, secara inheren memang rawan terhadap beragam bentuk kekerasan,sentimen dll terhadap kelompok yang berbeda, sebagai sesuatu yang alamiah.
Pertanyaan,” Haruskah kita larut dan bablas dalam perbedaan itu ? Atau hanya yang berdiam di Nagekeo kah yang berhak untuk menilai dan mengoreksi yang terjadi selama perhelatan pilkada yang telah berlangsung? Tak penting kah apabila masyarakat Nagekeo diaspora ikut mengawal poreses demokrasi ini,…hehehe Epen kah?
Seharusnya perbedaan dimaknai sebagai sesuatu yang harus dihilangkan, bukan ditoleransi. Perasaan takut yang muncul ketika melihat orang lain atau kelompok lain yang berbeda dengan berbeda dengan diri kita, berbeda dengan kelompok kita saatnya harus kita dihilangkan.
SELAMAT MENYONGSONG PILKADA NAGEKEO Part 2, SEMOGA SELALU MENJUNJUNG TINGGI SPORTIFITAS DALAM PROSES DEMOKRASI INI DAN KELAK MENDAPATKAN PEMIMPIN YANG PRO RAKYAT.
Salamku
tn
Written by : Unknown ~ Berita Online Nagekeo
Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul NAGEKEO KENTAL ETNOSENTRISME, Sebuah Refleksi Pasca Pilkada,, Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda .
Anda boleh menyebar luaskannya atau Mengcopy Paste-nya jika Artikel NAGEKEO KENTAL ETNOSENTRISME, Sebuah Refleksi Pasca Pilkada ini sangat bermanfaat bagi Blog dan teman-teman Anda, Namun jangan lupa untuk Meletakkan link NAGEKEO KENTAL ETNOSENTRISME, Sebuah Refleksi Pasca Pilkada sebagai sumbernya.
Join Us On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for Visiting ! ::
Written by: Nagekeo Bersatu
NAGEKEO BERSATU, Updated at: 9:49 PM
Post a Comment
Note :
1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM
Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi
Regards,
Nagekeo Pos