From World for Nagekeo
Headlines News :
Home » » Menyambut Bergulirnya “Revolusi” Paus Fransiskus

Menyambut Bergulirnya “Revolusi” Paus Fransiskus

Written By Unknown on Saturday, March 16, 2013 | 10:26 AM


Oleh Pastor Dr Paulinus Yan Olla MSF*)

Asap putih telah mengepul dari cerobong asap Kapel Sistina dan tepat pukul 20.26, Kardinal Jorge Mario Bergoglio, 76 tahun, asal Argentina yang terpilih Paus yang ke-266 mengantikan Benediktus XVI, tampil di balkon Basilika Santo Petrus menyapa massa yang histeris. Seruan “Habemus Papam” (kita mempunyai Paus baru), yang diikuti penyebutan namanya sempat membuat umat yang hadir terdiam. Lapangan Santo Petrus terhenyak dan sepi untuk sejenak karena kebanyakan hadirin tidak begitu mengenalnya.

Tradisi pemilihan nama memperlihatkan arah rohani atau “politik pastoral” yang akan mewarnai pemerintahan seorang Paus. Ketika Kardinal Ratzinger memilih nama Benediktus XVI, pilihan itu mengindikasikan arah kepemimpinannya. Ia ingin mengikuti teladan hidup Santo Benediktus, yang meletakkan dasar bagi tumbuhnya iman di Eropa. Paus Benediktus XVI memang dalam pemerintahannya yang hanya berusia 8 tahun berusaha untuk mengarahkan Gereja agar kembali ke dasar-dasar iman Kristiani.

Kardinal Bergoglio adalah seorang religius Yesuit tetapi tidak memilih nama Ignatius untuk menghormati pendiri Yesuit. Ia lebih memilih nama Fransiskus untuk merujuk pada spiritualitas dan iman Santo Fransiskus Assisi (1182-1226). Ia menjadi Paus pertama dari Ordo Yesuit, Paus pertama dari benua Amerika Latin dan Paus pertama yang menggunakan nama Fransikus.

Mengomentari soal pemilihan nama, satu jam setelah pengumuman pemilihan Paus, di Televisi Rai Uno (Italia) Direktur biara Assisi, Padre Enzo Fortunato mengungkapkan bahwa Paus yang baru sesungguhnya akan mengikuti Santo Fransiskus mengadakan suatu “revolusi kasih” dalam Gereja. Ketika tampil di depan publik untuk pertama kalinya Paus mengajak semua umat yang hadir untuk berdoa “Bapak Kami” dan diikuti “Salam Maria”. Doa “Bapak Kami” menurut Enzo Fortunato merupakan “doa revolusioner”nya Santo Fransiskus. Fransiskus memutuskan menyerahkan dirinya kepada Allah yang menjadi Bapanya dan bukan mengandalkan kekayaan ayah biologisnya.

Kerendahan Hati

Fransiskus Assisi menampakkan wajah Gereja yang rendah hati dan sederhana. Kardinal Bergoglio nampaknya mengambil nama itu untuk membawa kembali Gereja pada jalan kerendahan hati dan kesederhanaan serta semangat persaudaraan dalam Gereja.

Sebelum dimulainya sidang Konklaf (pemilihan Paus), Dewan Kardinal telah berdiskusi selama satu minggu. Juru bicara Vatikan, Padre Federico Lombardi mencatat bahwa dalam kurun waktu itu terdapat 161 intervensi. Diskusi-diskusi itu membahas masalah-masalah utama Gereja yang mendesak untuk dihadapi oleh Gereja masa kini dan karenanya ikut menentukan figur Paus yang akan dipilih. Maka pemilihan Kardinal Bergoglio sebagai Paus merupakan jawaban para Kardinal atas situasi Gereja saat ini.

Harapan para Kardinal dan harapan Gereja terhadap Paus terpilih untuk mengadakan pembaruan nampaknya tidak berlebihan. Santo Fransiskus Assisi telah mengadakan revolusi kasih dengan menanggalkan pakaiannya di hadapan ayahnya untuk memilih jalan kemiskinan radikal. Jalan hidup sederhana telah dijalani pula Kardinal Bergoglio, Uskup Agung Buoenos Aires yang kini menjadi Paus.

Ia telah tampil di Argentina sebagai simbol orang tertindas ketika terjadi krisis ekonomi tahun 2005. Ia membela orang-orang kecil yang menjadi korban kebijakan ekonomi global. Sebagai Uskup Agung ia memilih tinggal di apartemen yang sederhana dan bukan di istana keuskupan yang mewah. Ia mengistirahatkan mobil limousine dan memilih ke tempat kerjanya dengan naik bus umum. Di apartemennya ia tidak mempunyai pemasak karena memasak dikerjakan sendiri untuk dirinya.

Aroma kerendahan hati dan kesederhanaan serta hidup rohani yang mendalam pun sangat terasa oleh siapapun yang pada malam tanggal 13 Maret 2013 hadir di halaman Basilika Santo Petrus. Massa yang larut dalam kegembiraan dan sorak-sorai dalam hitungan detik diam sunyi ketika diajak Paus terpilih untuk hening mendoakan pendahulunya Paus emeritus Benediktus XVI. Ia juga memohon doa bagi dirinya dan wakilnya di Keuskupan Roma sebelum akhirnya memberikan berkatnya untuk kota Roma dan dunia (berkat Urbi et Orbi).

Paus Fransiskus yang berdiri di Balkon Basilika tidak mencari kata-kata muluk atau melakukan tindakan atraktif untuk menarik perhatian massa. Ia memantulkan kerendahan hati dan kesahajaan hidup Santo Fransiskus Assisi yang ingin diikuti jejaknya dalam pelayanannya bagi Gereja dan dunia. Ada keyakinan besar seperti diungkapkan Adrea Riccardi, profesor sejarah dan pendiri Komunitas San Egidio, bahwa Paus Fransiskus akan menampilkan wajah Gereja yang rendah hati tetapi kuat secara rohani dan kuat dalam mengambil kebijakan bagi kehidupan Gereja. Ketika masih sebagai Kardinal ia mampu menemukan banyak orang yang bisa membantunya dalam karya pelayanannya.

Paus yang dilahirkan di Argentina 17 Desember 1936 ini, kiranya akan dapat menggulirkan revolusi kasih yang telah dilakukan Santo Fransiskus Assisi di masa lampau dalam usahanya membarui Gereja. Pembaruan itu tidak dilakukan dengan mengobral kata dan janji tetapi melalui cara hidup yang sepadan dengan kehendak Allah yang diimani dan dikasihinya. Satu jam setelah pengumuman terpilihnya Paus, Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengirim ucapan selamat kepada Paus terpilih dan menobatkannya sebagai “Paus kaum miskin.”

Rupanya Obama pun mengetahui ceritera tentang Kardinal Bergoglio yang pada tahun 2001 membasuh dan mencium kaki para penderita AIDS di sebuah rumah sakit di Argentina. Kini Gereja dan dunia menyambut Paus baru dan menantikan terus berlangsungnya revolusi kasih Fransiskus Assisi dalam diri Paus Fransiskus yang telah memulainya dalam hidupnya sebagai Kardinal. Revolusi kasih itu akan menjadikan Gereja di masa depan lebih rendah hati dan sederhana. Gereja yang demikian akan memperlihatkan sikap dasar Yesus yang tidak ingin dilayani tetapi mau melayani. Kredibilitas Paus sebagai pemimpin pun dikembalikan pada esensinya, yakni melayani Tuhan dengan “menjadi hamba dari segala hamba” (servus servorum Dei).
Selamat bertugas Santo Padre!

*) Penulis saat ini bekerja di Dewan General MSF (Roma), asal Kefamenanu, Timor Barat

Written by : Unknown ~ Berita Online Nagekeo

Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul Menyambut Bergulirnya “Revolusi” Paus Fransiskus,, Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda . Anda boleh menyebar luaskannya atau Mengcopy Paste-nya jika Artikel Menyambut Bergulirnya “Revolusi” Paus Fransiskus ini sangat bermanfaat bagi Blog dan teman-teman Anda, Namun jangan lupa untuk Meletakkan link Menyambut Bergulirnya “Revolusi” Paus Fransiskus sebagai sumbernya.

Join Us On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for Visiting ! ::

Written by: Nagekeo Bersatu
NAGEKEO BERSATU, Updated at: 10:26 AM
Share this post :

+ comments + 1 comments

March 16, 2013 at 10:37 AM

Paus untuk Kaum Miskin .. semoga bisa diteladani para kardinal, uskup, pastor, romo, bruder, suster, frater, anak seminari .. Gereja harus rendah hati, sederhana .. mari kita dukung Revolusi Kasih Paus Fransiskus ..

Post a Comment

Note :

1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM

Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi

Regards,
Nagekeo Pos

 
Admin: Hans Obor | Mozalucky | Nagekeo Bersatu
Copyright © 2013. NAGEKEO POS - All Rights Reserved
Thanks To Creating Website Modify and Used by Nagekeo Bersatu
Proudly powered by Blogger