JAKARTA (Nagekeo Pos) - Beberapa warga Nagekeo di group facebook Nagekeo Bersatu mengaku kaget karena dana bantuan pemerintah pusat senilai Rp43 miliar untuk pembangunan bandara di Mbay telah pindah ke Sumba.
"Memang benar, menurut info gosip murahan, bahwa migrasinya anggaran bandara Mbay yang telah dialihkan ke pos lain di kabupaten lain, 'dimainkan' juga oleh beberapa wakil rakyat asal NTT di Senayan, yang hendak membiarkan Mbay tetap terkebelakang dan melarat," tulis salah satu anggota group Nagekeo Bersatu.
Salah satu anggota lainnya membenarkan pengalihan dana Rp43 miliar ke Sumba Barat. "Karena kita orang nagekeo terjebak dalam hukum perdata, dan ada oknum oknum tertentu dari wakil rakyat yang bermain tentang bandara Surabaya 2, karena mereka tidak mengingin Nagekeo maju dan bersaing dengan kabupaten tetangga dan jika bandara di Mbay jadi otomatis bandara Turelelo terancam," tulisnya.
"Kita jangan dulu menyerang pemerintah atau legislatif di pusat. Kita kilas balik dulu soal persoalan tanah untuk bandara tersebut. Siapa yang menggagalkan? Para elite di tingkat pusat ataukah para elite di daerah? Jangan-jangan kita yang memprovokasi masyarakat agar menolak pembangunan bandara?," tulis seorang pemerhati yang lain.
Menurutnya, pemenang tender untuk proyek Bandara internasional Marapokot telah ada dan telah berkali-kali ke Mbay untuk menyelesaikan pekerjaan bandara sesuai kontrak yang telah ada. "Namun selalu kandas karena tanah lokasi bandara masih bermasalah," tulisnya.
Anggota DPRD NTT asal daerah pemilihan Ngada, Nagekeo, Ende dan Sikka, Anwar Pua Geno mengatakan pemerintah pusat melalui Departemen Perhubungan telah menarik dana Rp43 miliar yang telah dialokasikan untuk pembangunan Bandara Mbay akibat belum tuntasnya pembebasan lahan untuk pembangunan Bandara Surabaya II.
"Bandara tidak ada guna buat orang Mbay! Titik! Bandara adalah perampokan tanah bentuk baru!" tulis Julius Jera Rema, pemerhati ekonomi kabupaten pemekaran dan tinggal di Jakarta. Selain itu, kata Julius, ide membangun bandara bertaraf internasional di Mbay hanya akan mematikan atau meng-kanibal bandara yang telah ada di Flores seperti Bandara Frans Seda (Maumere), Bandara H Hasan Aroeboesman (Ende), Bandara Turelelo (Bajawa), dan Bandara Frans Sales Lega (Ruteng), Bandara Gewayantana (Larantuka), Bandara Wunopito (Lewoleba).
Hal senada disampaikan Alfonsus Atukota, tokoh muda asal Mbay yang saat ini berprofesi wartawan di Jakarta. "Bagi saya pembangunan Bandara Mbay lebih merupakan proyek mercusuar Pemda yg tidak membumi dengan kepentingan masyarakat setempat" ujarnya. Dia menilai Pemda telah memutuskan kebijakan tanpa peduli dengan keberadaan masyarakat lokal (Mbay) yang mayoritas adalah petani sawah dan peternak. "Ini menunjukan kalau Pemda tidak memiliki skala prioritas pembangunan. Buta terhadap kekuatan yg dimiliki nagekeo. Bandara bukan infrastruktur yg urgen di Mbay saat ini. Mengapa Pemda tidak memaksimalkan irigasi mbay sebagai kekuatan untuk membangun basis ekonomi lokal, sebagai lumbung beras?" tandas Alfonsius.
"Beban Mbay terlalu berat: sebagai lumbung padi, Ibokota Nagekeo, bandara internasional, Kota Pelajar, pusat industri garam dan sebagainya. Kita mau fokus ke mana? Sampai sekarang saja pembangunan kantor daerah belum kelar. Sawah yang dibangun sejak tahun 1970-an belum mampu memenuhi kebutuhan daerah. Sekolah saja masih compang-camping. Sah- sah saja kalau kita ingin mewujudkan semuanya. Tapi kalau satu saja belum terwujud bagaimana mungkin semuanya bisa kita raih?" keluh Yohanes Donbosko Adja, pemerhati kebijakan pemerintah daerah yang saat ini bekerja di Stasiun Televisi Berita Metro TV di Jakarta.
Jika bandara Mbay tetap dibangun maka total lahan yang akan dibebaskan mencapai 114 hektar. Lahan yang akan dibebaskan itu merupakan lahan sawah produktif. Jika harga per metersquare diperkirakan sebesar Rp100,000, maka pemerintah daerah (Pemda) Nagekeo harus menyiapkan dana sebesar Rp114 miliar untuk pembebasan lahan tersebut.
Untuk diketahui, pembangunan bandara Surabaya II Mbay membutuhkan lahan sekitar 252 hektar untuk pembangunan run way sepanjang 4 kilometer (4,000 meter) dengan lebar 750 meter.
Dari kebutuhan lahan ini, 138 hektar adalah lahan ex jepang dengan panjang landas pacu 600 meter dan 114 hektar adalah lahan yang harus dibebaskan. Di dalam lahan 138 hektar sendiri, pihak TNI mengklaim memiliki sebagiannya termasuk lahan yang dihuni sebagian warga di Tonggurambang.
Written by : Unknown ~ Berita Online Nagekeo
Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul Dana Rp43 Miliar untuk Bandara Mbay Pindah ke Sumba,, Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda .
Anda boleh menyebar luaskannya atau Mengcopy Paste-nya jika Artikel Dana Rp43 Miliar untuk Bandara Mbay Pindah ke Sumba ini sangat bermanfaat bagi Blog dan teman-teman Anda, Namun jangan lupa untuk Meletakkan link Dana Rp43 Miliar untuk Bandara Mbay Pindah ke Sumba sebagai sumbernya.
Join Us On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for Visiting ! ::
Written by: Nagekeo Bersatu
NAGEKEO BERSATU, Updated at: 10:42 AM
+ comments + 1 comments
Pemda asik dg perebutan jabatan, hanya menghabiskan uang daerah loby untuk dapat dana bandara di jakarta. namun setelah dapat diarkan saja, sehingga orang sumba yg nangkap boal muntah akibat kebobrokan penjaga gawang nagekeo yg tdk becus. sedih......
Post a Comment
Note :
1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM
Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi
Regards,
Nagekeo Pos