Dalam beberapa kejadian, saya pernah merasa seperti 'dipaksa untuk menerima'. Mereka -- orang-orang yang murah hati itu -- begitu mudah memberikan sesuatu tanpa diminta. Dan, seolah mereka punya "mata ketiga" (ini istilah khas 'pencinta meditasi'), mereka mampu membaca atau melihat kebutuhan orang lain yang sedemikian susah, tanpa diberitahu atau diminta.
Dulu, saat saya masih 'berlepotan' kesulitan di awal perjuangan di megapolitan ini, saya pernah tidak punya uang satu rupiah pun. Sebagai "setengah pengangguran", saya menghidupi diri menulis dan terjemahkan naskah Inggris ke Indonesia. Sering saya "nongkrong" di kampus Universitas Indonesia, menanti dan mencari para mahasiswa/i yang butuh penerjemah teks/naskah Inggris, entah karena mereka malas atau memang bahasa Inggris-nya masih 'parah'. Hehe... Saya beruntung karena waktu masih kuliah di STFK Ledalero (mahasiswa filsafat-teologi), dosen teologi dan psikologi sering minta saya terjemahkan sejumlah naskah Inggris. Alhasil, saya jadi cukup terbiasa dan agak mampu menerjemahkan dengan baik. Mungkin karena itu saya sempat dapat "pujian halus" dari beberapa mahasiswi UI, "Wah, jago bahasa Inggris ya, cakep lagi!" (Dalam hati saya berbisik, "Cakep apaan, ada miskin setengah mati nih.." Hehehe...). Bercanda.com ya.
Nah, kembali ke cerita, saat itu dompet saya praktis hanya berisi Doa Novena (sejenis doa syukur dan permohonan khusus dalam tradisi Katolik). Jadi dompet saya tampak tebal karena buku doa Novena, hehe.... Sahabat saya Bung Abraham Runga Mali (kini wartawan senior Bisnis Indonesia) sampai 'tertawakan' saya, "Hae Valens, ngero! (ini ungkapan akrab teman sebaya asal Nagekeo dan Ende Flores), coba lebih gesit cari kerja, jangan cuma novena!" Haha...
Dalam kondisi kering itulah, saya mendapat jawaban dari Tuhan. Seorang pensiunan jenderal, Pak Alex Dinuth (eks Direktur Komunikasi Bakin/sekarang BIN) mencari penerjemah untuk kantornya. Saya pun bertemu beliau. Bersama istrinya beliau menjamu saya makan di restoran. Bagi pengangguran seperti saya, makan di restoran saat itu benar-benar mewah dan terutama 'mengenyangkan'! Haha....
Ketika pulang, tanpa diminta saya dibekali amplop lumayan tebal. Waow, doa Novena saya terjawab. Pak Alex inilah (beliau salah satu tokoh intelijen Indonesia semasa Jenderal Benny Murdani dan Jenderal Ali Murtopo) yang membuka jalan bagi saya untuk menenun relasi dengan banyak perwira tinggi TNI belakangan hari.
Sahabat, ini 'cerpen' kecil buat adik-adikku yang muda belia. Jangan pernah patah semangat ya, kalau belum ada titik terang dalam upaya mencari kerja. Teruslah berjuang dengan ksatria di jalan yang benar. Jangan cari jalan pintas, karena hasilnya pun bisa lenyap secepat kilat.
Berdoalah selalu, Tuhan pasti menolong pada saatnya, kalau kita sendiri berjuang tiada henti. Saya sudah alami itu, Sahabat muda. Benar-benar ajaib kasih Tuhan.
Benar pula ungkapan ini, "Dari 'zero' menjadi 'hero'!" Kelak, kalau sudah sukses, jadilah pribadi yang dermawan, murah hati dan mudah memberi.
Sungguh, memberi itu indah, lezat dan membahagiakan.
Salam semangat.
VDS
Written by : Unknown ~ Berita Online Nagekeo
Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul MEMBERI ITU INDAH DAN "LEZAT",, Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda .
Anda boleh menyebar luaskannya atau Mengcopy Paste-nya jika Artikel MEMBERI ITU INDAH DAN "LEZAT" ini sangat bermanfaat bagi Blog dan teman-teman Anda, Namun jangan lupa untuk Meletakkan link MEMBERI ITU INDAH DAN "LEZAT" sebagai sumbernya.
Join Us On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for Visiting ! ::
Written by: Nagekeo Bersatu
NAGEKEO BERSATU, Updated at: 11:19 AM
Post a Comment
Note :
1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM
Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi
Regards,
Nagekeo Pos