From World for Nagekeo
Headlines News :
Home » » Mudah untuk mengatakan “KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI” semudah itu pula “MELAKUKAN KORUPSI”

Mudah untuk mengatakan “KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI” semudah itu pula “MELAKUKAN KORUPSI”

Written By Unknown on Wednesday, February 27, 2013 | 3:46 PM

Oleh Giorgio Babo Moggi

(Catatan untuk Generasi Muda/Mahasiswa Nagekeo)

“...Sekalipun korupsi seganas HIV AIDS, ia tidak butuh terapi atau penanganan ‘medis’. Pencegahan atau penyembuhan penyakit korupsi dapat dilakukan dari dalam diri sendiri. Imunisasilah diri dengan prinsip untuk tidak mengajak atau melibatkan diri dalam perilaku-perilaku koruptif.

Tekad itu bukan saja ketika anda menjadi (memiliki profesi), melainkan ketika ada sedang berproses menjadi (masih menjadi pelajar/mahasiswa)...”

Kenyataan ketika orang berbicara korupsi, pikiran kita akan tertuju kepada UANG. Persepktif kita pun hanya berpaku pada UANG. Ternyata TIDAK!

Korupsi berkaitan erat dengan perilaku negatif lain yang bahkan tidak berhubungan sama sekali dengan UANG. Perilaku yang memperkaya diri sendiri dan atau merugikan orang lain, misalkan kebijakan.

Berbicara korupsi pasti dikaitkan dengan PNS dan pejabat negara. Apakah korupsi hanya dilakukan oleh oknum berseragam keki saja? Tentu tidak khan?

Di pasar-pasar kita sering jumpai alat timbangan yang timpang - menimbang berat sesuatu selalu tidak tepat. Seorang pembeli daging se’i pernah bertutur. Ia pernah membeli sekilogram se’i dari sebuah rumah makan. Untuk membuktikan kebenaran (atau lebih tepat kejujuran pemilik rumah makan), ia menimbang lagi se’’i tersebut sepulang di rumahnya. Alhasilnya sei tersebut berbobot hanya 7 ons.

Satu kilo dan tujuh ons selish kecil sekali. Bagaimana seandainya ia membeli sebanyak 10 kg? Akumulasikan saja berapa berat se’i yang dicurangi.

Ini juga perilaku koruptif yang tidak dilakukan pedagang atau pemilik rumah makan.

Sopir taxi curang mengatur meteran taxi. Tagihan sewa taksi membengkak meski jarak tempuh relatif dekat.

Seorang mahasiswa sering membuang-buang waktu dengan bergadang-tidak digunakan secara maksimal untuk belajar dan akibatnya masuk kelas terlambat.

Begitupun seorang dosen masuk terlambat dan pulang lebih awal dari jadwal mengajar yang sudah ditetapkan. Ini juga wujud korupsi waktu. Waktu tidak digunakan secara tepat dan akibatnya merugikan banyak pihak.

Seorang kontraktor menggunakan jalan pintas dengan menyuap para pejabat untuk mendapatkan tender proyek. Seorang kreditor menyogok pejabat bank untuk memuluskan proses kredit. Semua perbuatan itu adalah koorporasi yang koruptif.

Masih banyak bentuk dan wujud perilaku korupsi. Sederhananya, korupsi bukan saja soal uang, tapi soal lain seperti waktu dan kebijakan. Dan juga korupsi tidak saja dilakukan oleh oknum PNS juga kelompok masyarakat lain seperti kontraktor, kreditor, pedang, mahasiswa dan kelompok lainnya.

Menilik bahaya korupsi yang merajalela pada semua strata sosial, maka korupsi tak ubah sebuah penyakit sosial yang sudah menahun. Endemik yang menyerang siapa saja- baik orang tua atau orang muda. Tidak ada pengecualian! Dan sejauh ini belum satupun ‘paramedis’ atau pakar yang menemukan serum anti korupsi. Korupsi tetaplah penyakit berbahaya dan merasuk sendi-sendi kehidupan manusia – dari rumah tangga hingga komunitas yang lebih besar seperti lembaga negara dan lembaga masyarakat.

Adanya banyak perangkat hukum untuk membendung laju endemik korupsi. Tetapi tidak cukup! Bahkan penegak hukum sendiri pun terjangkit penyakit sosial yang satu ini. Jika penegak hukum saja demikian, maka upaya membasmi korupsi semakin sulit dan jauh dari cita-cita besar : KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI.

Memang mudah untuk mengatakan “KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI” semudah itu pula “ORANG MELAKUKAN KORUPSI”. Kisah Angelina Sondakh, mungkin juga nanti Anas, dapat dijadikan contoh dengan ungkapan ini. Jargon gerakan menolak korupsi yang dijadikan iklan partai menjadi tipu daya belaka. Diam-diam di belakang layar mereka mempraktekannya korupsi!

Selain iklan untuk memerangi korupsi, ada sekolah-sekolah menerapkan “warung jujur”. Namunnya, segala daya upaya belum mampu memberantas penyakit akut ini secara cepat dan tuntas.

Boleh dibilang korupsi adalah penyakit akut yang sudah berada pada stadium akhir. Tugas berat bagi kita semua untuk merecover negeri ini dari penyakit korupsi. Tidak heran banyak orang mengutuki aib sosial ini. Dengan mengutuk saja tidak cukup! Membutuhkan tekad dari dalam diri sendiri.

Tidak sekedar tekad tapi harus berani diwujudkan dalam perbuatan nyata. Antara mulut, pikiran, tangan dan kaki seirama.

Sekalipun korupsi seganas HIV AIDS, ia tidak butuh terapi atau penanganan ‘medis’. Pencegahan atau penyembuhan penyakit korupsi dapat dilakukan dari dalam diri sendiri. Imunisasilah diri dengan prinsip untuk tidak mengajak atau melibatkan diri dalam perilaku-perilaku koruptif. Tekad itu bukan saja ketika anda menjadi (memiliki profesi), melainkan ketika ada sedang berproses menjadi (masih menjadi pelajar/mahasiswa).

Ketika generasi muda dan atau mahasiswa mengkritik para pejabat yang korupsi di wall atau group ini, saya cuman tertawa sendiri. Bukan saya alergi dengan kritik, hanya heran justeru banyak kasus korupsi di negeri ini yang berawal dari para eks pengritik (pengamat) dan eks aktivis setelah mereka menjadi bagian dalam sistem itu sendiri.

Beberapa kali saya bawa materi prajabatan PNS kabupaten/kota lingkup Pemprov NTT, saya selalu bercanda dengan para peserta dengan sebuah “filosofi dasi”. Dengan mengenakan busana hitam putih dipadu dengan dasi menggambarkan seseorang sudah masuk dalam sistem. Dasi itulah yang akan ditarik kemana arah sistem itu tersebut berjalan.

Untuk itu, generasi muda Nagekeo yang sedang belajar tidak hanya pandai mengumbar kritik, tetapi harus mampu memanifestasikan apa yang dikritik secara benar. Mulai dari hal-hal yang "remeh temeh". Dan bangunlah prinsip “anti korupsi” sejak dini – entah di luar ataupun di dalam sistem nanti. Karena hanya diri kita sendiri yang mampu membendung terjangan korupsi itu sendiri. Jadikanlah gerakan "anti korupsi" menjadi 'value of life" yang mengalir di dalam darah, segar selalu dalam benak dan membumi di dalam hati kita masing-masing. ***

Written by : Unknown ~ Berita Online Nagekeo

Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul Mudah untuk mengatakan “KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI” semudah itu pula “MELAKUKAN KORUPSI”,, Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda . Anda boleh menyebar luaskannya atau Mengcopy Paste-nya jika Artikel Mudah untuk mengatakan “KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI” semudah itu pula “MELAKUKAN KORUPSI” ini sangat bermanfaat bagi Blog dan teman-teman Anda, Namun jangan lupa untuk Meletakkan link Mudah untuk mengatakan “KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI” semudah itu pula “MELAKUKAN KORUPSI” sebagai sumbernya.

Join Us On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for Visiting ! ::

Written by: Nagekeo Bersatu
NAGEKEO BERSATU, Updated at: 3:46 PM
Share this post :

Post a Comment

Note :

1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM

Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi

Regards,
Nagekeo Pos

 
Admin: Hans Obor | Mozalucky | Nagekeo Bersatu
Copyright © 2013. NAGEKEO POS - All Rights Reserved
Thanks To Creating Website Modify and Used by Nagekeo Bersatu
Proudly powered by Blogger