HANS OBOR |
Konflik horisontal di dalam sebuah komunitas masyarakat, contohnya komunitas NB di wall ini, tentu tidak terlepas dari kepentingan politik kita sebagai individu juga pemahaman politik yang beda atau mungkin bertentangan.
Kita harus ingat, Gabriel Almoud membagi masyarakat dalam 3 kategori untuk konteks partisipasi politik.
Pertama, masyarakat dengan pendidikan relatif rendah (aspek kognitif). Kelompok ini punya tingkat partisipasi politik yang rendah.
Kedua, masyarakat sudah relatif maju (baik sosial maupun ekonomi), namun masih bersifat pasif dalam partisipasi politik.
Ketiga, masyarakat yang memiliki kesadaran politik sangat tinggi.
Lalu David F. Roth dan Frank L Wilson, The Comparative Study of Politics, (Boston: Houghton Mifflin Company, 1976, hal 159), membagi masyarakat dalam 4 kategori terkait tingkat partisipasi politik.
Pertama, masyarakat Apolitis, kelompok ini apatis karena memiliki kesadaran politik sangat rendah.
Kedua, Pengamat, ikut perkembangan politik melalui media massa, memberikan suara dalam pemilu.
Ketiga, Partisipan. Petugas kampanye, anggota aktif dalam partai.
Keempat, Aktivis. pejabat partai, pemimpin partai, kelompok kepentingan.
NAH, pendapat para pakar ini saya kira masih relevan untuk kita saat ini. Silahkan kita sendiri menentukan, perihal tingkat kesadaran politik dan partisipasi politik, kita masuk pada kategori yang mana?
Dan ingat, bagi kelompok masyarakat dengan tingkat kesadaran politik yang masih rendah (Apolitis) akan sangat rentan dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu dalam memberikan suaranya.
Untuk poin ini, saya kira, peningkatan kesadaran politik adalah perlu bahkan harus, tentunya harus melalui proses pendidikan politik.
Pendidikan politik, menurut saya, adalah tantangan kita bersama karena kita telah masuk dalam rezim baru yakni rezim Reformasi. Rezim yang penuh dengan pengerahan massa, mobilisasi massa dalam mendukung kepentingan kelompok reformasi tertentu. Maka jangan heran, muncullah banyak partai politik dan metode black campaign (mencari pendukung baru dengan cara menjelekkan) dipakai di mana-mana termasuk di NAGEKEO ..
Kesimpulan, apapun yang kita share di wall ini, bagi saya, adalah pendidikan politik (tentu terkait topik politik), meski ada di antara kita lebih senang mengatakannya sebagai "Omong Doang".
Written by : Unknown ~ Berita Online Nagekeo
Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul Omong Doang = Pendidikan Politik?,, Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda .
Anda boleh menyebar luaskannya atau Mengcopy Paste-nya jika Artikel Omong Doang = Pendidikan Politik? ini sangat bermanfaat bagi Blog dan teman-teman Anda, Namun jangan lupa untuk Meletakkan link Omong Doang = Pendidikan Politik? sebagai sumbernya.
Join Us On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for Visiting ! ::
Written by: Nagekeo Bersatu
NAGEKEO BERSATU, Updated at: 1:16 PM
Post a Comment
Note :
1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM
Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi
Regards,
Nagekeo Pos