JAKARTA (Nagekeo Pos) - Politik Nagekeo mulai memanas menjelang Pemilihan Bupati (Pilbup) tahun depan. Setelah 10 tahun mekar dari kabupaten induk (Ngada), Nagekeo saat ini mulai diperhitungkan publik Flores dan NTT karena kemajuan yang digapai berikut potensi pertumbuhan dan peningkatan kesejahteraan yang prospektif.
Proyek bernilai trilyunan seperti Waduk di Lambo akan menjadi modal utama bagi pertumbuhan ekonomi, demikian proyek ratusan miliar ladang garam di Mbay. Proyek perluasan lahan persawahan di Mbay Kiri akan menambah kedigdayaan Mbay Kanan. Fokus pengembangan tentu masih terpusat pada sektor pertanian dan peternakan, tulang punggung ekonomi Nagekeo.
Tentang kemajuan ekonomi di Nagekeo, juga kesejahteraan, publik Nagekeo mesti berterima kasih pada pemerintahan yang ada sekarang ini, juga pemerintahan sebelumnya yang telah menempatkan fondasi bagi pengembangan ekonomi. Kekurangan pemerintah akibat keterbatasan dana, bisa dicover oleh kapasitas swasta terutama masyarakat Nagekeo sendiri yang telah membuktikan kekuatan swadaya.
Publik Nagekeo mesti juga memberi apresiasi pada pemerintahan saat ini karena telah berani menyelesaikan banyak persoalan/konflik tanah, meski banyak belum tuntas karena sedang berproses. Persoalan tanah adalah persoalan besar karena itu butuh waktu untuk menyelesaikannya. Konflik tanah harus segera diselesaikan karena ini jadi faktor penghambat paling besar bagi program pembangunan ekonomi di Nagekeo.
Pemerintahan sekarang (Bupati Elias Djo-Wakil Bupati Paulinus Nuwa Feto) akan segera berakhir karena pemilihan bupati dan wakil bupati yang baru (period 2018-2023) akan digelar tahun depan. Sebagai incumbent (petahana), Elias Djo-Paulinus Nuwa bisa dibilang calon potensial karena memiliki infrastruktur politik, meski kinerja mereka dinilai beragam oleh publik Nagekeo.
Grup Facebook Mbay Online, grup paling populer untuk Nagekeo, telah santer mempromosi sosok-sosok baru calon bupati (cabup) dan wakil bupati (cawabup). Hanya saja beberapa tim sukses mengaku bingung dan kurang antusias (animo rendah) karena sebagian besar cabup belum secara pasti menyatakan partai politik pengusung. Pertarungan justru pada perebutan kendaraan politik. Banyak cabup di pilbup sebelumnya tidak bisa terdaftar di KPU akibat gagal mencari partai pengusung.
Lebih menarik karena kali ini pilbup Nagekeo tidak lagi diikuti calon yang adalah PNS. Jika pada pilbup sebelumnya banyak figur PNS ikut pilkada, maka kali ini tidak banyak PNS yang berani ambil risiko. Peraturan baru dari Kementrian Dalam Negeri memerintahkan PNS wajib undur diri atau ajukan pensiun dini jika ikut pilkada. Jika memang tak ada figur PNS yang berani berspekulasi untuk kemenangan pada pilbup tahun depan, maka figur-figur calon dari barisan swasta atau profesional akan kesulitan bertarung sebagai paket yang ideal (kolaborasi swasta-birokrat).
Maka itu, akan banyak muncul figur dari kalangan legislatif (DPR) misalnya yang akan bertarung di pilkada Nagekeo tahun depan. Bisa ditakar antusiasme publik pada figur dari kalangan DPR, bisa lebih rendah bahkan nihil karena legislatif dinilai belum optimal menjalankan peran (mewakili rakyat) mengontrol roda pemerintahan selama ini. Sebagian dianggap cenderung jadikan lembaga legislatif sebagai batu loncatan menuju tahta di barisan eksekutif.
"Kami tidak akan pilih cabup dari kalangan DPR. Apa yang mereka buat untuk rakyat selama ini? Listrik mati saja mereka tak bisa urus," tulis salah satu sumber saat chat bersama Redaksi Nagekeo Pos di jaringan facebook belum lama ini. Apakah ini berarti calon bupati Nagekeo tewas tersengat listrik? Tapi ada juga menulis "walupun listrik mati tapi cinta gue ke loe gak bakal mati (FOREVER)."
Proyek bernilai trilyunan seperti Waduk di Lambo akan menjadi modal utama bagi pertumbuhan ekonomi, demikian proyek ratusan miliar ladang garam di Mbay. Proyek perluasan lahan persawahan di Mbay Kiri akan menambah kedigdayaan Mbay Kanan. Fokus pengembangan tentu masih terpusat pada sektor pertanian dan peternakan, tulang punggung ekonomi Nagekeo.
Tentang kemajuan ekonomi di Nagekeo, juga kesejahteraan, publik Nagekeo mesti berterima kasih pada pemerintahan yang ada sekarang ini, juga pemerintahan sebelumnya yang telah menempatkan fondasi bagi pengembangan ekonomi. Kekurangan pemerintah akibat keterbatasan dana, bisa dicover oleh kapasitas swasta terutama masyarakat Nagekeo sendiri yang telah membuktikan kekuatan swadaya.
Publik Nagekeo mesti juga memberi apresiasi pada pemerintahan saat ini karena telah berani menyelesaikan banyak persoalan/konflik tanah, meski banyak belum tuntas karena sedang berproses. Persoalan tanah adalah persoalan besar karena itu butuh waktu untuk menyelesaikannya. Konflik tanah harus segera diselesaikan karena ini jadi faktor penghambat paling besar bagi program pembangunan ekonomi di Nagekeo.
Pemerintahan sekarang (Bupati Elias Djo-Wakil Bupati Paulinus Nuwa Feto) akan segera berakhir karena pemilihan bupati dan wakil bupati yang baru (period 2018-2023) akan digelar tahun depan. Sebagai incumbent (petahana), Elias Djo-Paulinus Nuwa bisa dibilang calon potensial karena memiliki infrastruktur politik, meski kinerja mereka dinilai beragam oleh publik Nagekeo.
Grup Facebook Mbay Online, grup paling populer untuk Nagekeo, telah santer mempromosi sosok-sosok baru calon bupati (cabup) dan wakil bupati (cawabup). Hanya saja beberapa tim sukses mengaku bingung dan kurang antusias (animo rendah) karena sebagian besar cabup belum secara pasti menyatakan partai politik pengusung. Pertarungan justru pada perebutan kendaraan politik. Banyak cabup di pilbup sebelumnya tidak bisa terdaftar di KPU akibat gagal mencari partai pengusung.
Lebih menarik karena kali ini pilbup Nagekeo tidak lagi diikuti calon yang adalah PNS. Jika pada pilbup sebelumnya banyak figur PNS ikut pilkada, maka kali ini tidak banyak PNS yang berani ambil risiko. Peraturan baru dari Kementrian Dalam Negeri memerintahkan PNS wajib undur diri atau ajukan pensiun dini jika ikut pilkada. Jika memang tak ada figur PNS yang berani berspekulasi untuk kemenangan pada pilbup tahun depan, maka figur-figur calon dari barisan swasta atau profesional akan kesulitan bertarung sebagai paket yang ideal (kolaborasi swasta-birokrat).
Maka itu, akan banyak muncul figur dari kalangan legislatif (DPR) misalnya yang akan bertarung di pilkada Nagekeo tahun depan. Bisa ditakar antusiasme publik pada figur dari kalangan DPR, bisa lebih rendah bahkan nihil karena legislatif dinilai belum optimal menjalankan peran (mewakili rakyat) mengontrol roda pemerintahan selama ini. Sebagian dianggap cenderung jadikan lembaga legislatif sebagai batu loncatan menuju tahta di barisan eksekutif.
"Kami tidak akan pilih cabup dari kalangan DPR. Apa yang mereka buat untuk rakyat selama ini? Listrik mati saja mereka tak bisa urus," tulis salah satu sumber saat chat bersama Redaksi Nagekeo Pos di jaringan facebook belum lama ini. Apakah ini berarti calon bupati Nagekeo tewas tersengat listrik? Tapi ada juga menulis "walupun listrik mati tapi cinta gue ke loe gak bakal mati (FOREVER)."
Written by : Unknown ~ Berita Online Nagekeo
Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul Calon Bupati Nagekeo Tewas Tersengat Listrik,, Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda .
Anda boleh menyebar luaskannya atau Mengcopy Paste-nya jika Artikel Calon Bupati Nagekeo Tewas Tersengat Listrik ini sangat bermanfaat bagi Blog dan teman-teman Anda, Namun jangan lupa untuk Meletakkan link Calon Bupati Nagekeo Tewas Tersengat Listrik sebagai sumbernya.
Join Us On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for Visiting ! ::
Written by: Nagekeo Bersatu
NAGEKEO BERSATU, Updated at: 2:25 PM
Post a Comment
Note :
1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM
Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi
Regards,
Nagekeo Pos