From World for Nagekeo
Headlines News :
Home » » KASUS CEBONGAN-SLEMAN: Akan Berujung di Mana?

KASUS CEBONGAN-SLEMAN: Akan Berujung di Mana?

Written By Unknown on Saturday, April 6, 2013 | 9:14 AM


Oleh Valens Daki-Soo

* Sebuah catatan kecil

Semalam (Selasa, 2 April) saya ikut hadir dalam acara "Indonesia Lawyers Club" (ILC) yang mengusung topik "Hukum Rimba di Negara Hukum". Saya hadir karena diajak Pak Kiki Syahnakri (mantan Wakasad yang jadi salah satu narasumber), dan acara itu hanya diperuntukkan bagi para narasumber untuk bicara. Di sela istirahat, saya sempat tanya Pak Karni Ilyas, "Bang, apa kita yang lain ada waktu untuk bicara, dan mungkin akan bicara lebih keras?" Pak Karni dengan kalem bisik, "Gak usah Bung, biarkan mereka bicara dulu. Saya tahu Bung Valens mau omong soal NTT, tapi jangan di sini. Kita angkat isu ini sebagai masalah nasional, bukan isu lokal."

Terus-terang saja, saya anggap diskusi tadi malam tidak menukik dan "datar-datar saja". Kalau saya pada posisi Karni Ilyas (host/moderator), beberapa poin penting mesti saya 'tembak'. Banyak kejanggalan yang terjadi dalam rentetan peristiwa penembakan brutal-sadistis itu, dan harusnya tidak terlampau sulit untuk diurai dalam proses investigasi atau penyelidikan. Memang dibutuhkan keberanian atau "nyali jantan" -- itu artinya soal karakter para penyidik, terutama pimpinan Polda DIY dan juga TNI setempat yang sejak awal sudah dikaitkan dengan kejadian ini.

Di ujung akhir acara saya -- bersama Azi Benny Daga -- sempat ngobrol dengan dua pengacara para korban yang datang dari Jogya. Salah satu pengacara sempat memperlihatkan foto Dedi (alm) yang tergeletak di lantai tahanan Polda DIY yang dijepretnya sendiri. Wajah Dedi memar-bengkak dan katanya salah satu rusuk patah. Artinya, tindak penganiayaan sudah terjadi sejak di tahanan Polda DIY, sebelum dibawa ke Lapas Cebongan-Sleman. Ada apa dan mengapa hal ini terjadi? Apakah polisi melakukannya karena sudah berada di bawah tekanan tertentu? Atau adakah "sesuatu" yang terjadi di dalam institusi itu sendiri?

Banyak hal bisa dianalisis dari berbagai kejanggalan yang tampak. Beberapa waktu terakhir kita bisa ikuti "pertarungan" dalam "operasi pembentukan opini" di dunia maya. Ada banyak berita yang sejak mula sudah mengarah ke personel Kopassus sebagai pihak yang diduga pelaku penembakan, lalu dua kali muncul "counter opinion" dari pihak yang tidak jelas identitasnya dan hanya menamakan diri Idjon Djanbi. Dia meminjam nama salah satu tokoh pembentuk satuan komando cikal-bakal Kopassus bernama Idjon Djanbi. Analisisnya tampak "menarik", beberapa bagian seperti "masuk akal", namun ada seorang jenderal AD -- yang saya tanyakan komentarnya -- justru menyebutnya "lebay", berlebihan, terutama ketika tanpa dasar dia menyeret dua tokoh Polri: Komjen Oegroseno (masih aktif) dan Pak Gories Mere (Komjen Purn) di bagian kesimpulan. Kesimpulan asumptif ini amat mentah dan mudah dipatahkan karena tidak dilandasi premis dan evidensi yang memadai. Poin ini dinilai banyak pihak justru merontokkan kredibilitas Idjon Djanbi, nama akun palsu itu.

Kembali ke judul catatan ini, akan berujung di manakah penyelesaian kasus tersebut?

Hasil kerja tim Polda maupun tim investigasi TNI-AD akan menjawab pertanyaan ini. Saya cukup yakin, para pelaku akan terungkap. Namun yang kita inginkan adalah "pelaku sungguhan", bukan pelaku hasil rekayasa. Tekanan publik dan pantauan tanpa henti oleh media dan LSM, juga oleh dunia internasional, akan membantu percepatan penuntasan kasus Cebongan.

Kita semua tentu berharap, pelakunya segera diungkap tuntas. Entah personel Kopassus ataukah dari satuan-satuan TNI lain, bahkan juga jika dari unsur Polri -- atau pihak manapun, mereka harus dinyatakan ke publik dan diseret ke pengadilan.

Kasus ini merupakan ujian sangat serius terhadap kewibawaan pemerintah, kredibilitas hukum dan bahkan masa depan bangsa. Kalau hukum bisa dikangkangi seenaknya oleh kelompok bersenjata ala mafioso seperti ini, bagaimana kita bisa berharap masa depan NKRI bisa terjamin lestari?

Itulah sebabnya, kita mesti terus memonitor secara ketat proses yang sedang berjalan.

Terakhir, meskipun peristiwa ini bikin kita sangat kecewa dan marah -- bahkan ada adik-adik muda yang saking marahnya berkomentar keras soal apa relevansinya kita tetap dalam NKRI, lebih baik pisah saja! -- saya percaya kita orang NTT sangat nasionalis, mencintai bangsa dan negeri warisan para leluhur agung pendiri dan pahlawan-pejuang.

Yang bikin rusak adalah elemen-elemen penyelenggara negara, termasuk bobroknya aparat hukum, dan itu bukan salah NKRI. Mereka justru adalah pengkhianat amanat Proklamasi!!!

Untuk keluarga yang berduka di Fataleke/Aegela Ndora, kita semua terus berdoa. "Ga'e mona nade", Tuhan tidak tidur. Pedang keadilan-Nya akan jatuh pada mereka yang patut menerima hukuman.

Terima kasih, para Kerabat NB.

Tabe pawe.
VDS

Written by : Unknown ~ Berita Online Nagekeo

Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul KASUS CEBONGAN-SLEMAN: Akan Berujung di Mana?,, Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda . Anda boleh menyebar luaskannya atau Mengcopy Paste-nya jika Artikel KASUS CEBONGAN-SLEMAN: Akan Berujung di Mana? ini sangat bermanfaat bagi Blog dan teman-teman Anda, Namun jangan lupa untuk Meletakkan link KASUS CEBONGAN-SLEMAN: Akan Berujung di Mana? sebagai sumbernya.

Join Us On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for Visiting ! ::

Written by: Nagekeo Bersatu
NAGEKEO BERSATU, Updated at: 9:14 AM
Share this post :

Post a Comment

Note :

1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM

Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi

Regards,
Nagekeo Pos

 
Admin: Hans Obor | Mozalucky | Nagekeo Bersatu
Copyright © 2013. NAGEKEO POS - All Rights Reserved
Thanks To Creating Website Modify and Used by Nagekeo Bersatu
Proudly powered by Blogger