Oleh: Giorgio Babo Moggi
“...Pemimpin yang cerdas belum tentu bijaksana. Tetapi pemimpin yang bijaksana pasti pemimpin yang cerdas...”
Menarik tulisan saudari Intanagemau di forum Nagekeo Bersatu tentang “Wanita Cerdas, Memilih Pemimpin Cerdas.” Tulisan menjadi menarik karena dalam lingkaran pilgub NTT. Kriteria pemimpin yang cerdas dicantumkan: peduli pada wanita dan anak-anak. Namun, tulisan ini lebih sebuah ajakan atau himbaun kepada pemilih untuk menggunakan kecerdasan yang dimiliki untuk memilih calon pemimpin cerdas yang mungkin dapat mewujudkan harapan dan cita-cita wanita. Pertanyaannya, gerangan calon manakah yang dibilang cerdas oleh Intanagemau?
Tulisan berikut tidak bermaksud untuk menggugah saudari Intanagemau untuk menjawab pertanyaan di atas. Tetapi, di sini, saya hendak mengangkat perspektif kecerdasan dan kebijaksanaan dalam ranah kepemimpinan.
Banyak buku mengupas dan mengklafikasikan tentang kecerdasan, di antaranya IQ (kecerdasan inteletual), EQ (kecerdasan emosional), dan SQ (kecerdasan spiritual). Mengadalkan kecerdasan intelektual semata menjadi pincang, tanpa keseimbangan dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Tiga kecerdasan ini harus seimbang. Satu dan yang lainnnya saling mendukung.
Bagaimana dengan kaitan kategori kecerdasan ini dengan kepemimpinan? Untuk menjadi pemimpin harus memiliki tiga kecerdasan di atas, yakni IQ, EQ dan SQ. Gabungan ketiga kecerdasan ini diramu menjadi LQ (kecerdasan kepemimpinan). Pemimpin yang memiliki LQ pasti pemimpin yang bijaksana. Ia mengandalkan nalar, budi dan Tuhan.
Merindukan pemimpin yang cerdas pasti mudah didapat. Ada banyak pemimpin yang memiliki tipikal smart negeri ini. Itu bisa ditunjukkan dengan gelarnya yang lebih panjang daripada namanya. Orang memiliki banyak gelar pasti orang cerdas. Radius pengetahuan di bidangnya sangat luas. Meskipun kenyataan pemimpin yang memiliki gelar masih dalam tanda petik, karena di negeri ini juga ada lembaga yang masih jual beli gelar.
Mendambakan pemimpin yang bijak tidak mudah. Dari seribu calon pemimpin mungkin hanya ada satu yang bijak.
Pemimpin yang cerdas belum tentu bijaksana. Tetapi pemimpin yang bijaksana pasti pemimpin yang cerdas. Pemimpin yang cerdas banyak, tetapi pemimpin yang bijak sedikit. Itu sulitnya mencari figur pemimpin sejati! Sejauh yang bisa kita lakukan mencari atau memilih figur yang mendekati tipe pemimpin yang bijaksana.
Salomo sendiri merasa diri belum cukup menjadi pemimpin. Karena itu Salomo berdoa kepada Tuhan untuk memberinya hikmat kebijaksanaan (1 Raja-raja:3:5-14). Mengandalkan kecerdasan dan kekuasaan sebuah keniscayaan. Ia memerlukan hikmat kebijaksanaan.
Semoga pelajaran Salomo “mewabah” kepada calon pemimpin yang terpilih kelak. Tidak hanya sujud syukur atas kemenangan, pinta juga pada Tuhan mohon kebijaksanaan dari-Nya. Ya, ia mungkin CERDAS, tetapi belum tentu BIJAKSANA! Di situlah letak kemampuan pemimpin untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Di situ pula KEWIBAWAAN sang pemimpin yang dirindukan.***
Written by : Unknown ~ Berita Online Nagekeo
Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul Pemimpin Cerdas Banyak, tapi Pemimpin Bijak Sedikit,, Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda .
Anda boleh menyebar luaskannya atau Mengcopy Paste-nya jika Artikel Pemimpin Cerdas Banyak, tapi Pemimpin Bijak Sedikit ini sangat bermanfaat bagi Blog dan teman-teman Anda, Namun jangan lupa untuk Meletakkan link Pemimpin Cerdas Banyak, tapi Pemimpin Bijak Sedikit sebagai sumbernya.
Join Us On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for Visiting ! ::
Written by: Nagekeo Bersatu
NAGEKEO BERSATU, Updated at: 9:08 PM
Post a Comment
Note :
1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM
Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi
Regards,
Nagekeo Pos