From World for Nagekeo
Headlines News :
Home » » Quo Vadis Kapet Mbay

Quo Vadis Kapet Mbay

Written By Unknown on Wednesday, January 25, 2012 | 7:10 AM

Oleh: Primus Dorimulu

Primus Dorimulu
Setelah 13 tahun terbentuk, apa kabar Kapet Mbay? Kapet Mbay tinggal nama. Kantor Kapet yang sempat (atau masih hingga kini) menjadi kantor bupati Nagekeo menjadi saksi bisu program pembangunan yang diluncurkan pada penghujung kehancuran Orba itu.

Sampai saat ini tidak jelas nasib kebijakan yang awalnya bertujuan mewujudkan pemerataan pembangunan dengan mendongkrak kawasan timur Indonesia agar sejajar dengan kawasan barat Indonesia. Dengan membangun Mbay, wilayah ini diharapkan akan menjadi prime mover atau penggerak pertumbuhan wilayah sekitar. Tapi, program itu tidak lebih dari sekadar paper works.

Kapet boleh dibilang gagal total. Dari 13 kapet, yang agak mendingan hanya Bitung, Sulawesi Utara. Namun, capaian pembangunan kawasan ini pun masih jauh dari tujuan. Sulut tidak punya produk khusus untuk diekspor selain ikan. CPO dari Kalimantan yang diharapkan diekspor lewat Pelabuhan Bitung, dikirim lewat pelabuhan terdekat. Bitung tetap sepi.


Belum sukses dengan Kapet, pemerintah memperkenalkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dan pertengahan tahun lalu pemerintah meluncurkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Tanpa ada program yang lebih rinci, fokus, langkah terpadu, dan dukungan infrastruktur, MP3EI juga akan menemui hasil yang sama.

Aga fokus, kapet dan KEK harus diintegrasikan dengan MP3EI. Dlalam MP3EI, wilayah Indonesia dibagi ke dalam enam koridor (zona). Masing-masing zona memiliki sektor ekonomi unggulan yang perlu dikembangkan. Juga masing-masing koridor mempunyai kawasan yang dinilai dan diperlakukan sebagai prime mover. Intrakoridor ada konektivitas yang baik, begitu pula konektivitas antarkoridor.

Kenapa Kapet Mbay Gagal?

Kapet Mbay gagal karena sejumlah hal. Pertama, badan pengelola dan badan pelaksana dipimpin oleh birokrat yang tidak berorientasi bisnis. Pada periode pertama, ketua pelaksana Kapet Mbay tinggal di Kupang, sangat jarang mengunjungi Mbay.

Kedua, kapet tidak punya fokus pembangunan. Disebutkan, Kapet Mbay memiliki tiga sektor unggulan, yakni pertanian, pariwisata, dan pertambangan. Tapi, manakah sektor yang menjadi prioritas tidak ada kejelasan.

Ketiga, infrastruktur transportasi tidak menunjang. Jalan raya buruk. Pelabuhan laut dan udara tidak memenuhi syarat. Belum lagi infrastruktur pertanian seperti embung dan waduk untuk menampung air yang sangat minim. Tanpa ketersediaan air yang cukup, pertanian dan peternakan tidak bisa maju. Demiikian pula dengan infrastruktur listrik dan telekomunikasi.

Keempat, Kapet Mbay terlalu jauh dari kota yang sudah maju, yakni Kupang atau Maumere. Kapet Bitung lebih baik dari kapet lainnya karena Bitung hanya berjarak belasan kilometer dari Manado. Kota Manado memiliki infrastruktur yang cukup lengkap dan bagus.

Kelima, wilayah Kapet Mbay sekarang sudah terbagi atas dua wilayah kabupaten sejak 2008, yakni Ngada dan Nagakeo. Koordinasi dua wilayah administratif tidak mudah dilakukan.

Solusi

1) Program Kapet Mbay harus dievaluasi dan diintegrasikan ke MP3EI. Kapet tidak perlu dibubarkan tapi dikaji kembali dan dibuatkan program yang lebih jelas. Apakah wilayah Kapet Mbay tetap dua kabupaten atau hanya Nagekeo. Mungkin tetap dua kabupaten, Nagekeo dan Ngada. Jika tetap dua kabupaten, koordinasi menjadi sangat penting.

2) Untuk menjadi prime mover, Kapet Mbay harus punya produk andalan. Apa produknya yang bisa dihasilkan secara masal? Ikuti saja MP3EI dan leading sector yang sudah ditetapkan gubernur NTT. Nagekeo menjadi sentra produksi ternak, terutama sapi. Jenis ternak lainnya adalah kerbau, babi, dan kambing. Semua energi dikerahkan untuk menopang leading sector ini.

Alokasikan sebagian besar belanja modal dari APBD Nagekeo dan Ngada untuk mengembangkan ternak. Jika sektor peternakan dibangun, sektor pertanan dan kehutanan dengan sendirina ikut dibangun. Pertanian dan kehutanan adalah sumber pakan ternak. Kehutanan juga penting untuk sumber air dan tempat berteduh ternak.

Peternakan dikembangkan sebagai industri. Nanti di hilir ada rumah pemotongan hewan, pengolahan daging beku, dan sejumlah industri pengolahan daging. Untuk mengembangkan sektor ini dibutuhkan kehadiran pemodal besar dan menengah untuk membantu pembibitan, bimbingan dalam pemeliharaan, menjamin harga jual, dan membangun industri pengolahan.

Sektor lainnya --perkebunan, perikanan, dan pariwisata-- ikut juga dikembangkan sebagai sektor unggulan, namun bukan prioritas utama. Di Nagekeo dan Ngada ada lahan untuk produksi garam industri dan tambak ikan. Potensi industri rumput laut juga besar. Garis pantai cukup panjang. Perlu dibangun industri pengolahan rumput laut. Perikanan laut di kedua kabupaten juga cukup potensial untuk dikembangkan.

3) Membangun infrastruktur yang terkait dengan leading sector, yakini waduk atau embung untuk pertanian dan peternakan. Membangun infrastruktir transportasi --jalan raya dan pelabuhan laut-- untuk mengangkut produk. Untuk ternak ada pelabuhan khusus hewan. Pelabuhan Marapokot bisa dikembangkan atau boleh juga Pelabuhan Maumbawa.

Membangun infrastruktur bandara untuk kemudahan pergerakan pemodal. Bandara memang bukan eksklusif buat pemodal, melainkan untuk semua orang. Namun, tanpa bandara di Mbay, pemodal akan punya alasan untuk menghindar. Mbay harus menjadi kota yang nyaman bagi pemodal, tidak ada kesulitan air bersih dan energi listrik, juga telekomunikasi.

4) Semua energi dikerahkan untuk membangun leading sector agar bisa segera membuahkan hasil. Harus segera ada produk yang kelihatan agar bisa ditiru wilayah lain. Sebagian besar belanja modal dari APBD harus dialokasikan untuk membangun infrastruktur yang menunjang pengembangan leading sector.

5) Tidak boleh birokrat yang memimpin Kapet Mbay. Ketua Kapet Mbay atau apa pun namanya harus tinggal di Mbay dan figur yang benar2 menegetahui bisnis.

Written by : Unknown ~ Berita Online Nagekeo

Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul Quo Vadis Kapet Mbay,, Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda . Anda boleh menyebar luaskannya atau Mengcopy Paste-nya jika Artikel Quo Vadis Kapet Mbay ini sangat bermanfaat bagi Blog dan teman-teman Anda, Namun jangan lupa untuk Meletakkan link Quo Vadis Kapet Mbay sebagai sumbernya.

Join Us On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for Visiting ! ::

Written by: Nagekeo Bersatu
NAGEKEO BERSATU, Updated at: 7:10 AM
Share this post :

Post a Comment

Note :

1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM

Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi

Regards,
Nagekeo Pos

 
Admin: Hans Obor | Mozalucky | Nagekeo Bersatu
Copyright © 2013. NAGEKEO POS - All Rights Reserved
Thanks To Creating Website Modify and Used by Nagekeo Bersatu
Proudly powered by Blogger