Seseorang akan berkata ‘A’ sementara yang lain ‘B’ untuk satu hal yang sama. Permasalahannya bukan salah atau benar. Namun, melihat dari berbagai sudut pandang dan pemikiran. Itulah keunikan dinamika sebuah komunitas.
Mbay, dulu dan kini, entah bagaimana nanti.
Matahari seakan tidak memberi ampun pada geliat kehidupan di Kota Mbay. Teriknya terasa membakar kulit. Betapa beruntungnya menemukan sebuah kota ini dimana sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Adapun pendidikan penduduknya rata-rata adalah tamatan SD.
Tanaman yang diusahakan petani di desa ini adalah petani karena tanahnya sangat cocok untuk ditanami tanaman padi dan lebih menguntungkan. Kebanyakan petani menerapkan sistem pola tanam padi-padi-bero sebab irigasi yang ada di desa ini masih kurang baik dan belum menjangkau seluruh penjuru desa dan Kota,Kota Mbay seperti melihat surga kecil yang jatuh dari bumi.
Walau daerahnya baru berkembang, banyak hal yang dapat dipelajari dari kota ini. Sudut-sudut kotanya tidak pernah habis untuk dijelajahi. Mbay, sebuah Kota Kabupaten, memiliki sejarah perkembangan kehidupan kota yang cukup menarik. Sejarah kejayaan masa lampau tidak banyak berbicara tentang pulau ini – hanya ada sekelumit kisah penjajahan Jepang, perebutan wilayah antara Belanda dan Jepang, hingga akhirnya ada sebuah nama tempat dinamakan dalam bahasa Jepang (Oki Sato) konon katanya bangkai pesawat masa penjajahan itu masih tersisa dan kini lokasinya sedang dibangun kesepakatan untuk menjadikan Bandar Udara Internasional di Kota Mbay.
Dahulu, pulau ini hanyalah sebuah hutan dan ladang sawah di penuhi lumpur dan pohon-pohon bidara tanpa tanda-tanda manusia mampu bertahan hidup. Namun, karena lokasinya yang strategis, kota ini berkembang menjadi sebuah kota perdagangan. Mbay diharapkan menjadi pusat perdagangan, jika kota ini memiliki perencanaan yang matang. Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, daerah pertokoan sedikit demi sedikit mulai berkembang.
Kini, Mbay dibanjiri investor, yang mencari peruntungan demi memajukan daerah ini. Daerah yang dulunya tanpa nyawa sekarang menjadi sebuah kota yang ramai dan sedang berkembang. Di tengah-tengah geliat ini, muncul berbagai permasalahan seperti kebutuhan pangan yang meningkat, tuntutan ekonomi yang semakin sulit, dan kebutuhan akan perumahan serta persoalan sengketa tanah yang tak pernah habisnya.
Penyediaan tanah dan perumahan yang siap bangun juga menimbulkan permasalahan baru. Letaknya sangat strategis, belum tersedianya infrastruktur listrik dan air bersih, juga mental masyarakat yang tidak taat pada aturan membuat perkembangannya berjalan lambat. Bahkan, beberapa warga mencari keuntungan dengan menjual lahan-lahannya sendiri yang diterimanya dengan cuma-cuma dan kembali bertempat tinggal di perumahan yang boleh dikatakan liar.
Andaikata penduduk tinggal di lahan yang kavling, mereka juga harus menghadapi tantangan ketersediaan air bersih dan listrik. Hasilnya banyak ditemui rumah-rumah dengan penataan wilayah yang tidak beraturan, akses jalan yang buruk, dan tidak memiliki saluran irigasi. Hal ini menyerupai susunan perumahan liar yang lahannya telah dilegalkan oleh pemerintah. Menjadi tukang bangunan sehari sebagai pengalaman yang tak terlupakan
Mbay tidak patut ditangisi atau ditinggalkan berdiam diri untuk menghadapi segala permasalahan yang ada. Tidak menyerah karena kondisi yang ada merupakan suatu kunci untuk hidup lebih baik. Geliat pagi begitu terasa saat kami secara relawan masuk ke daerah kumuh di daerah pinggiran kota Mbay, pemandangan ini tidak biasa ditemui.
Seorang ibu tua, terlihat menitikan air mata menyambut kehadiran kami. Suaminya telah tiada bertahun-tahun lamanya, anak perempuannya meninggal beberapa bulan yang lalu. Hanya tinggal dirinya dan anak laki-lakinya yang bekerja serabutan untuk menghidupi keluarga. Sang ibu juga berusaha mencari penghidupan dengan bekerja sebagai buruh di pasar Danga. Jangankan untuk membenahi rumahnya, untuk makan sehari-hari pun mereka kesulitan.
Pilu hati kami mendengarnya. Tanpa sungkan, bersama dengan warga sekitar, kami membantu pembangunan rumahnya yang sudah lapuk. Tak peduli tua-muda, pria-wanita, semua terlihat senang membantu sang pemilik rumah. Tidak ada yang mengeluh dalam bekerja keras, hanya ada tawa, senyum, dan canda saat bekerja. Sebuah pengalaman yang tak terlupakan yang dirasakan oleh saya saat membantu ibu tua itu.
Ini adalah proses pembentukan komunitas yang dibangun dengan landasan kepercayaan dan pengabdian kepada masyarakat. Kultur masyarakat Kota Mbay yang dikombinasikan dengan kehidupan kampung membentuk sebuah tatanan baru. Berpikir dan bertindak sebagai masyarakat kota dengan jiwa dan semangat kebersamaan yang terikat kuat.
Sebuah komunitas terbentuk dengan berbagai dinamika dan kompleksitas permasalahan yang dihadapinya. Bukan sebuah komunitas hi-tech, cyber, terpelajar, ataupun memiliki kesamaan hobi sering nongkrong di deker ataupun di rumah-rumah tetangga bahkan di pasar Danga, kesamaan visi, atau hal hebat yang lainnya. Meski bukan sebuah komunitas modern, mereka tetap akan berteriak dengan lantang di ruang publik apabila ada yang tidak sesuai dengan yang seharusnya.
Mereka adalah orang-orang yang sederhana, namun berdedikasi untuk mengorganisir dan menggerakan kegiatan pembangunan di Kota ini. Mereka memiliki harapan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat untuk hidup dengan layak. Rumah adalah tempat di mana segalanya berawal. Mulai dari tempat berlindung hingga tempat tumbuh kembangnya anak, pengajaran pendidikan keluarga. Sebuah kebutuhan primer untuk keluarga agar hidup layak.
Tidak ada lagi egoisme dalam membangun daerah ini, sebaliknya kepentingan bersama layak untuk didahulukan daripada kepuasan pribadi. Namun, jangan sekali-sekali menggurui mereka, biarkan mereka berkembang dengan sendirinya.Karena mereka adalah anak-anak dari tanah ini yang ingin bersatu. Pada akhirnya, tujuan kita semua sama… untuk melihat senyum di wajah mereka.
Mulai dari pembangunan rumah bersama-sama dengan sukarela hingga untuk seoarang ibu yang tua sebagai tempat belajar bagi anaknya, bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat, terutama anak-anak sebagai penerus generasi bangsa ini. Perlunya rumah sebagai tempat tinggal yang layak, tempat belajar yang nyaman, serta tempat tujuan untuk ayah pulang bekerja dan anak yang kembali dari sekolah. Rumah adalah sebuah tempat yang dimiliki oleh sebuah keluarga.
Komunitas akan terbentuk dari kumpulan rumah-rumah yang mempunyai satu visi untuk kebaikan lingkungan mereka. Dalam kesederhanaan, tanpa hingar bingar modernitas berlebihan, dalam tawa dan canda, tapi dapat hidup dengan layak dan bersahaja.Tidak ada lagi persoalan jika kita ingin hidup secara komunitas dalam kesederhanaan serta tidak memikirkan egoisme pribadi, karena anak-anak inilah yang akan melanjutkannya,dan merekalah yang bisa bersatu untuk membangun daerah ini.
Mohon maaf tulisan ini tidak sedang mengdikotomikan satu dengan yang lain, tetapi ini realita yang dialami oleh kita semua.
Written by : Unknown ~ Berita Online Nagekeo
Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul Anak-Anak Di Tanah Ini Harus Bersatu: Sebuah Cerita dari Kaum Pinggiran,, Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda .
Anda boleh menyebar luaskannya atau Mengcopy Paste-nya jika Artikel Anak-Anak Di Tanah Ini Harus Bersatu: Sebuah Cerita dari Kaum Pinggiran ini sangat bermanfaat bagi Blog dan teman-teman Anda, Namun jangan lupa untuk Meletakkan link Anak-Anak Di Tanah Ini Harus Bersatu: Sebuah Cerita dari Kaum Pinggiran sebagai sumbernya.
Join Us On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for Visiting ! ::
Written by: Nagekeo Bersatu
NAGEKEO BERSATU, Updated at: 4:01 PM
Post a Comment
Note :
1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM
Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi
Regards,
Nagekeo Pos