Oleh Valens Daki-Soo
Ini puisi kujahit dari kata-kata senja hari,
Bukankah rembang petang memercik pesona Ilahi?
Dia Sang Maha Seniman sejati yang melukis semesta di kanvas abadi,
Dan menggores cinta dalam dada pria-wanita yang saling mengingini,
Aku bilang 'saling mengingini' karena cinta mesti dibarengi hasrat untuk memberi,
Dan alam berkisah, tiada mungkin menerima tanpa memberi,
Maka hujan dituang langit agar tanaman tumbuh di bumi,
Maka cinta ditumpahkan agar benih kehidupan berbiak pasti.
Seorang sahabat memintaku petang ini,
"Bung, cobalah menganyam cinta dalam puisi,
Jangan cuma berorasi politik dan menulis soal teroris yang bikin sumpek hati."
Ah, puisi apa yang pas kurangkai saat bermandi memori senja hari?
Kantorku di gedung tinggi membekap minatku berpuisi,
'Di sini kita mesti berpikir tentang untung-rugi -- itulah bisnis!'
Memangnya kita hidup dengan makan puisi?
Benar, puisi tak mengenyangkan perut dan bikin hidup pasti asri,
Tapi tanpa puisi tak pernah ada seni yang bikin manusia begitu sastrawi,
Cicero dari era klasik Romawi bukan sekadar orator tapi penyair,
Bung Karno pun gelisah bila tak menikmati puisi,
Para sufi dan rahib mengunyah keindahan Ilahi dengan puisi,
Puisi tentang cinta memberimu energi agar tak terperangkap dalam rutinitas hari-hari.
Wah, aku malah berpuisi tentang puisi,
Yang kaupinta puisi tentang cinta.
Cinta adalah samudera,
Kaupikir dalam ternyata masih dangkal,
Kaukira aman ternyata penuh gelombang,
Kauharap bening suci tanpa polusi, ternyata mesti siap tampung kotoran dari segala sungai...
Cinta bukan sekadar dua lengan pria-wanita bergamit rindu,
Atau hati dua insan yang saling menatap bisu dan ingin berpadu,
Cinta tak selalu bagai bunga flamboyan berguguran sendu,
Cinta bukan langit biru yang selalu bebas dari awan kelabu.
Cinta bukan cuma api gairah yang berkobar menggebu-gebu,
Dalam cinta sejati, bersetubuh mesti berarti 'bersejiwa-bers ehati',
Jika kauberi tubuh sucimu hanya untuk dikecap sesaat, itulah jalan menuju sesat.
Memang dirimu bukan hanya tubuh, namun "engkau ada dalam tubuh",
Maka mahkotai dia dengan martabat dan kehormatan.
Lagi, kukatakan, cinta sejati selalu bermahkota kehormatan dan martabat.
Tidak membungkus dosa sendiri dengan fitnah, melempar tanggung jawab dan 'bersiasat',
Atau menutupi khianat dengan menuduh orang lain yang berbuat.
Cinta tetap mampu melukis pelangi meski hari kelam memadamkan hasrat.
Cinta tak pernah tuntas dipahami -- dia ada untuk dialami.
Yang pasti, cinta adalah energi penggerak kehidupan hingga abadi.
Pada "Hari St. Valentinus" (nama pelindungku dalam tradisi Katolik) dan "Valentine's Day" 14 Februari 2013
Written by : Unknown ~ Berita Online Nagekeo
Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul TENTANG CINTA -- Untuk Adik-adik 'muda-mudi',, Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda .
Anda boleh menyebar luaskannya atau Mengcopy Paste-nya jika Artikel TENTANG CINTA -- Untuk Adik-adik 'muda-mudi' ini sangat bermanfaat bagi Blog dan teman-teman Anda, Namun jangan lupa untuk Meletakkan link TENTANG CINTA -- Untuk Adik-adik 'muda-mudi' sebagai sumbernya.
Join Us On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for Visiting ! ::
Written by: Nagekeo Bersatu
NAGEKEO BERSATU, Updated at: 8:04 AM
Post a Comment
Note :
1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM
Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi
Regards,
Nagekeo Pos