Oleh Valens Daki-Soo
Coba kita telusuri kembali masa lampau kita. Adakah kita menghabiskan begitu banyak waktu untuk berharap bahwa kelak kita bahagia kalau berhasil merengkuh sesuatu ataupun seseorang?
"Saya akan bahagia, kalau sudah lulus dengan gelar sarjana," pikiran ini mungkin terbersit saat kita masih SMA. Nyatanya, begitu lulus perguruan tinggi, Anda mulai resah lagi dan berpikir, kebahagiaan baru bisa dialami jika pekerjaan sudah diperoleh. Begitu masuk dunia kerja, Anda belum juga "nyaman" dan mengira kebahagiaan akan terbetik manakala sudah duduk di posisi manajer atau "top executive" perusahaan (atau kepala suatu badan/instansi pemerintahan, kalau Anda PNS/birokrat). Tatkala sudah di posisi puncak Anda mungkin masih gelisah dan mengandaikan, kalau jadi presiden direktur perusahaan atau jadi gubernur/bupati, pasti bahagia "paripurna" baru terasa. Dibayangkan, hidup pasti luar biasa indah, apalagi di samping kita berdiri istri berwajah molek dengan senyum 'sejuta pesona', atau pria gagah perkasa, yang "perkasa" pula depositonya di bank. Hehehe....
Sahabat, kalau kita sering bepergian, mari perhatikan ini. Keindahan beraneka pemandangan justru terbentang sepanjang perjalanan. Kita bisa menghirup udara sejuk saat melintasi daerah pegunungan.
Memori romantis mungkin mekar di benak, ketika melintasi hamparan kebun mawar. Jiwa kita bagai terbuai saat berjalan melewati teduhnya nyiur melambai -- seperti di pantai Nangaroro (kampungku di Flores "sono", hehe...).
Maksudku, kita tidak perlu menunggu sampai di "tujuan" (apapun itu), baru bisa bahagia. Kita tidak mesti jadi petinggi atau "hebat" dulu baru merasakan keindahan hidup. Kita tidak harus menunggu "nanti baru bahagia, kalau.....".
Saat yang paling riil adalah sekarang ini. Kenyataan yang paling nyata adalah "diriku dalam kekinian". Itu berarti aku bisa memilih untuk bahagia setiap saat, sepanjang waktu. Tentu ada saat-saat gelap kadang melintas, namun kita berhak memilih "disposisi batin" untuk tetap positif, berharap dan yakin bahwa seberat apapun "saat sulit" akan berakhir juga.
Jadi, nikmati hari ini dengan sukacita. Bekerjalah, bermainlah, bernyanyilah, menarilah, tertawalah, ataupun larut dalam keheningan doa dan meditasi yang menaikkan level energi Anda. Tentu, semuanya menjadi utuh dan bergetar kuat jika nada dasarnya adalah syukur tak terhingga kepada Sang Pencipta.
Sahabat, bahagialah "hic et nunc", di sini dan sekarang ini.
Written by : Unknown ~ Berita Online Nagekeo
Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul BAHAGIA ITU KINI, BUKAN "NANTI...",, Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda .
Anda boleh menyebar luaskannya atau Mengcopy Paste-nya jika Artikel BAHAGIA ITU KINI, BUKAN "NANTI..." ini sangat bermanfaat bagi Blog dan teman-teman Anda, Namun jangan lupa untuk Meletakkan link BAHAGIA ITU KINI, BUKAN "NANTI..." sebagai sumbernya.
Join Us On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for Visiting ! ::
Written by: Nagekeo Bersatu
NAGEKEO BERSATU, Updated at: 3:54 PM
+ comments + 1 comments
bahagia adalah kini bukan nanti,,, dan bahagia adalah milik orang orang yang bersyukur... mantabbbh post nya :D
Post a Comment
Note :
1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM
Semoga Jaringan kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi
Regards,
Nagekeo Pos